Minggu pagi yang cerah. Ku bangun dari tidurku yang lelap.
“Whhooahhm,” kuregangkan tubuhku. Angin sejuk menerpa tubuh ini. Ah iya,
aku hampir lupa, aku harus menjemput kakak sepupuku dan berolahraga
bersama– rencananya. Segera aku berganti baju, setelah itu kupacu
sepedaku menuju rumahnya.
“Ntaar,” jawabnya singkat. Huh, selalu saja begitu. Udah nunggu lama,
hampir kesiangan lagi. Kami berdua bersepeda menyusuri jalan.
Tiba-tiba saja kurasakan sepeda yang kunaiki mendadak oleng. Ya ampun,
ban sepedanya kempes. Untunglah di dekat sini ada SPBU yang menyediakan
pengisian angin.
Sesudah mengisi angin, kami berdua kembali bersepeda. Kami bersepeda
dengan asyik, hingga di jalanan yang menurun – dan kurasa itu cukup
curam. Aku harus mengerem sepedaku, namun di luar dugaan rem-ku mendadak
macet! Oh Tuhan, apa lagi ini! Aku tak tahu apa lagi yang harus aku
lakukan. Namun, tiba-tiba rem-nya berfungsi kembali, hanya saja roda
sepedaku nyaris menubruk bagian belakang truk yang ada di depanku.
“Huu, itu suara teriakan teraneh yang pernah aku dengar,” kata
kakakku mencibir sambil tertawa saat mendengar teriakanku. Aku sangat
takut.
“Kamu tidak tahu ini sangat menakutkan, MATI men, MATI! Ngomong-ngomong
apa suaraku tadi terdengar keras?” tanyaku. Dia hanya ketawa-ketawa
saja.
Hmm, lebih baik aku melanjutkan bersepeda menuju lapangan milik TNI
–tempat tujuan kami semula. Namun, di tengah perjalanan aku melihat
seorang pengemis yang memprihatinkan. Tangannya diperban, dan duduk
lemah tak berdaya di trotoar. Aku tak tega melihatnya. Kuberikan
untuknya uang ribuan, dan cepat-cepat aku mengejar kakakku yang sudah
berada jauh di depanku.
Aku dan kakakku sudah berada di areal lapangan. Kami berdua berlari
mengelilingi lapangan untuk beberapa putaran. Pada putaran kedua, di
pojok lapangan yang agak rimbun dan terdapat patung besar kulihat ada
seseorang yang sedang berganti pakaian. Tapi tunggu, bukankah dia
pengemis yang tadi? Dia sudah bisa berjalan? Dan perban yang menempel di
tangannya sudah tidak ada? “Kenapa? Ayo cepat, senamnya mau dimulai
tuh,” tiba-tiba kakakku menarikku. Aku sudah tidak menghiraukan ‘orang
itu’. Kami berdua terus berlari mendekati tempat dilaksanakannya senam
pagi.
Aku dan kakakku sampai disana tepat sebelum musiknya dimainkan.
“Yeah, mari bersenam ria..” kata kakakku bersemangat. Aku hanya tertawa.
Kami berdua bersenam mengikuti gerakan instruktur. Kulihat di sebelah
kiri, kakakku malah lebih mirip itik yang panik dikejar anjing – kurasa,
berjingkrak-jingkrak tidak mengikuti gerakan instrukturnya. Kemudian
kulihat di sebelah kanan, dan ya Tuhan.. orang yang tadi kulihat
berganti pakaian di pojok lapangan, dan pengemis itu! Benar, ternyata
dia. Wajah dan postur tubuhnya mirip sekali – dan itu memang dia.
Bajunya, tadi sangat kumal, bahkan sobek-sobek di daerah lengan.
Sekarang berubah drastis, berpakaian rapi dan sama sekali tidak terlihat
tampang kere. Dia menoleh ke arahku. Buru-buru aku memalingkan muka
untuk menghindari kecurigaannya. Aku melanjutkan senamku.
Senam sudah berakhir lima menit yang lalu. Aku dan kakakku
duduk-duduk melepas lelah. “Tadi itu gerakan yang sempurna. Apa aku bisa
belajar?” tanyaku mengejeknya.
“Itu tadi gerakan bukan sembarang gerakan. Enak saja” katanya ketus. Aku
kemudian mengambil minuman yang aku bawa dari rumah. Aku meminumnya
sedikit. Kutoleh kanan – kiri melihat situasi. Agak sepi, mungkin banyak
yang pulang sehabis senam tadi. Kuminum lagi minumanku sambil menoleh
ke kanan. Hah!! Dia lagi! ‘seseorang’ yang tadi. Ya Tuhan.. aku sampai
berpikir apakah orang ini mengikutiku, atau bagaimana. Aku mengintip isi
tasnya yang setengah terbuka. Benar saja, ada pakaian yang digunakan
untuk ‘beroperasi’. Tangannya menggenggam sebuah telepon genggam atau
HP. Itu biasa, hampir setiap orang mempunyainya. Namun, ini bukan
sembarang HP, namun HP canggih yang tak sembarang orang mempunyainya dan
masih jarang ditemui. Aku mencolek kakakku dan meliriknya. Dia hanya
tersenyum.
Kami berdua kemudian berjalan menuju parkiran, bersiap untuk pulang.
Dalam perjalanan aku berbicara dengan kakakku tentang pengemis tadi.
Kakakku kemudian bercerita bahwa sebenarnya dia sudah mengetahui
pengemis itu. Ia mempunyai rumah bertingkat. Dan yang lebih menghebohkan
lagi, dia mempunyai dua istri. Jadi sebenarnya, siapa dia?